Merasakan semua Kenikmatan

Dalam menikmati hidup ini kita harus benar-benar merasakan.
Bukan dengan lidah ataupun telapak tangan.

Ketika kita melewati sebuah  kegelapan yang sangat.
Maka pejamkanlah mata.
Rasakan belaian angin yang lembut dengan ketenangan.
Ikuti ke mana angin menuntun pergi.
Di sanalah kita akan menemukan terang yang benderang.

Namun apabila kita membuka mata.
Dan takut serta cemas akan ke mana harus melangkah.
Semakin dalamlah kegelapan membawa kita.
Semakin dalam hingga setitik pun cahaya tak mungkin.
Terlihat maupun terasa.
Sebelum kita merasakan keberadaannya.

Ketika kebisingan menderu keras di telinga.
Bukalah telinga lebar-lebar.
Rasakan alunan nada-nada yang terangkai rapi di dalamnya.
Melantunkan irama indah menentramkan hati.
Membawa diri terbang ke langit tinggi bersamanya.

Namun apabila kita menutup telinga.
Semakin rapat dan rapat.
Kebisingan itu akan semakin memenuhi telinga hingga terasa ingin pecah.
Sakit dan resah terus menghantui.
Ingin mengiris telinga karena tak tahan.
Terus terputar kebisingan itu.
Sebelum telinga benar-benar merasakan apa itu kebisingan.

Merasakan kenikmatan yang senantiasa tersaji di sekitar kita.
Yang biasanya menjadi suatu masalah untuk kita.
Yang tak pernah bersyukur dan mau menerima.
Yang hanya meminta dan meminta tanpa mau memberi dan merasakan.
Apa yang telah diberikan.
Dan itulah yang selalu kita pinta.
Selalu kurang dan kurang.

Maka...
Rasakanlah kenikmatan itu bukan denga lidah maupun telapak tangan.
Rasakanlah kenikmatan itu dengan hati.
Yang darinya kenikmatan yang haqiqi senantiasa mengalir.
Deras laksana tak ada pintu yang dapat menghentikannya.
Sedikitpun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malam yang Penuh Tangis

di Serambi Rumah-Mu

Satu